Kamis, 01 April 2010

Falsafah



Filsafat


Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu sedangkan filsafat dimulai dari keduanya. Pemahaman dasar terhadap filsafat ilmu pengetahuan atau epistemology adalah bagian filsafat yang membahas ilmu pengetahuan dan kebenaran itu sendiri.
Pengetahuan atau knowledge adalah bagian yang esensial dari keberadaan manusia, karena pengetahuan merupakan buah dari berfikir, sedangkan berfikir berarti differentia yang memisahkan manusia dari sesama genus-nya yaitu hewan. Para pemikir menyebut ilmu tentang ilmu ini dengan istilah epistemology atau teori pengetahuan (nadzariyyah al ma’rifah).
Epistemology sebagai sebuah kajian filsafat sebenarnya muncul belum terlalu lama yaitu sejak tiga abad yang lalu dan berkembang pesat di dunia barat dikarenakan ledakan kebebsan berekspresi dalam segala hal yang sangat besar dan hebat yang secara tidak langsung mempengaruhi cara berfikir mereka.
Adalah Renaissance yang paling berjasa membebaskan dunia barat dari trauma intelektual. Supremasi dan dominasi gereja pada waktu itu telah hancur. Sebagai dampak dari itu semua, manusia memandang dunia dengan pandangan yang apriori atas nama Tuhan dan agama, mereka mencoba mencari alternatif lain dalam memandang alam semesta.
Maka dari itu, bermunculan berbagai aliran yang bergantian dan terkesan kontradiktif. Namun secara garis besar aliran-aliran yang muncul adalah rasionalis yang diwakili oleh descartes, Imanuel Kant, Heggel dan lain-lain, sedangkan aliran empiris diwakili oleh Auguste Comte dengan positivismenya, Wiliam James dengan Pragmatismenya serta Francis Bacon dengan sensualismenya.
Berbeda dengan dunia barat, di dunia Islam tidak terjadi ledakan seperti itu, karena dalam Islam agama dan ilmu pengetahuan berjalan beriringan dan berdampingan, meskipun terdapat friksi-friksi kecil yang terjadi dikarenakan beda interprestasi dari pemahaman keagamaan. Namun secara keseluruhan agama dan ilmu pengetahuan saling mendukung.oleh karena itu ledakan intelektual dalam Islam tidak terjadi. Perkembangan dalam dunia Islam relatif stabil.
Ilmu pengetahuan dalam kacamata dunia barat maupun dunia Islam merupakan bahan kajian epistemologis yang paling utama dikarenakan manusia ketika ingin mengetahui sesuatu harus menggunakan dua alat yakni Indra dan akal.
Secara garis besar, dalam konteks Filsafat modern terdapat dua sumber pengetahuan yang dianggap melahirkan ilmu pengetahuan bagi manusia, yaitu pengetahuan yang lahir atas pertimbangan rasio/akal dan pengetahuan yang dihasilkan melalui pengalaman /empirik.
Dua faham tersebut dalam perkembangannya terus menerus melakukan dialektika. Kebenaran yang pertimbangannya pada rasio dikenal dengan istilah Rasionalisme, sedangkan sumber pengetahuan yang mendasari kebenaran pada pengalaman diistilahkan dengan empirisme.
Pemikiran-pemikiran tersebut sebenarnya telah mengalami proses islamisasi pada era skolastik oleh para filosof muslim dengan menggunakan sandaran pada konsepsi spritual. Jika ditelusuri lebih jauh, Islam melalui karya filosof skolastik memperkenalkan sumber pengetahuan lain di luar rasionalisme dan empirisme yaitu intuisi dan wahyu.
Di bawah ini penjelasan singkat tentang ketiga sumber pengetahuan tersebut :
1. Rasionalisme
Kaum rasionalis menggunakan metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya. Premis yang dipakai dalam penalarannya didapatkan dari ide yang menurut anggapannya jelas dan dapat diterima. Prinsip itu sendiri ada jauh sebelum manusia berusaha memikirkannya, fungsi pemikiran manusia hanyalah mengenali prinsip tersebut yang kemudian menjadi pengetahuannya. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ide bagi kaum rasionalis dalah bersifat apriori. Dalam hal ini, maka pemikiran rasional cenderung bersifat subjectif dan solipistik atau hanya benar dalam kerangka pemikiran tertentu yang berbeda dalam benak orang yang berfikir tersebut.
2. Empiris
Kaum empiris berpendapat bahwa pengetahuan manusia itu bukan didapatkan melalui penalaran rasional yang abstrak, namun lewat pengalaman yang konkret. Dengan menggunakan metode induktif maka dapat disusun pengetahuan yang berlaku secara umum lewat pengamatan terhadap gejala-gejala fisik yang bersifat individual. Masalah utama yang timbul dalam penyusunan pengetahuan secara empiris ini ialah bahwa pengetahuan yang dikumpulkan itu cenderung menjadi suatu kumpulan fakta-fakta. Kumpulan tersebut belum tentu bersifat konsisten dan mungkin saja terdapat hal-hal yang bersifat kontradiktif.
3. Intuisi dan Wahyu
Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. Intuisi bersifat personal dan tidak dapat diramalkan. Sebagai dasar untuk menyusun pengetahuan secara teratur maka intuisi ini tidak dapat diandalkan. Pengetahuan intuitif dapat dipergunakan sebagai hipotesis bagi analisis selanjutnya dalam mennetukan kebenaran. Sedangkan wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia. Pengetahuan ini didasarkan kepada kepercayaan akan hal-hal yang ghaib (supranatural). Kepercayaan kepada Tuhan merupakan sumber segala pengetahuan, sebab kepercayaan merupakan titik tolak dalam beragama.
Dari ketiga sumber pengetahuan tersebut, dapat difahami bahwa di dalam Islam, sumber semua ilmu pengetahuan adalah Allah melalui wahyu yang diberikan kepada hamba pilihanNya. Semua ilmu tidak dapat dilepaskan dari kekuatan dan kekuasaan Tuhan. Adapun cara memperolehnya yaitu dengan menggunakan instink dan nalar 9akal). Ilmu yang dikuasai manusia selama ini sangat terbatas dan sediki sekali apabila dibandingkan dengan ilmu Allah SWT.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar